Hari ini hari yang "berbeda" setidaknya untuk 23 tahun aku hidup di dunia ini. Dimulai dari pertemuanku dengan alumni Teater Q-sa angkatan 1, mas Rudi Adi Wardoyo di sebuah rumah di kawasan Depok, sebuah diskusi kecil itupun dimulai. Sebagai informasi, mas Rudi ini satu angkatan SMA 1 Jember dengan penyanyi "Opick", jadi beliau kenal betul dengan artis papan atas tersebut. Perbincangan ringan dimulai dari bagaimana dulu Teater Q-sa bisa berdiri dan melepaskan diri dari "ketiak" Teater Bambu sebagai pendahulunya. Sebuah proses manusia untuk bisa benar-benar mengembangkan potensi dirinya terlepas dari bayang-bayang alumni yang secara tidak langsung sudah mematikan kreativitas siswa saat itu. Bagaimana kita bisa membuka pikiran untuk hal-hal baru yang memang harus selalu mengikuti perkembangan zaman.
Dari proses membuka pikiran tadi, perbincangan kemudian berlanjut kepada proses teknis pembuatan sebuah film. Beliau yang dimintai tolong oleh Bang "Opick" untuk membuat film "Di Bawah Langit". Dari uang Opick sendiri senilai 3 Milyar, kemudian film tersebut dibuat. Memang untuk membuat sesuatu yang "besar" harus benar-benar dipertimbangkan secara matang. Satu hal dari sekian banyak yang sudah kami perbincangkan mengenai film, bahwa satu hal yang terpenting dalam membuat sebuah karya adalah "data". Tanpa data yang akurat, karya kita akan mentah dan tentu saja akan sulit sekali untuk dapat diterima dengan baik oleh publik ataupun perusahaan-perusahaan sponsor. Perbanyak pengumpulan referensi film baik itu di dalam dan luar negeri, lalu sisakan waktu khusus untuk membuat karya dengan segala kreativitas yang ada terlepas dari referensi-referensi yang ada, karena jika kedua waktu tersebut tercampur, karya yang kita buat sulit sekali untuk menemukan ke-orisinilitas-nya.
Well, budget minimal untuk membuat sebuah film adalah 500 juta, sebuah angka yang fantastis. Tapi beliau juga menambahkan, jika kita punya ide yang brillian, tanpa modal pun kita mampu untuk membuat film. Kok bisa? Ya bisa saja, tak ada yang bisa membendung kreativitas kita. Saat ini sudah banyak perusahaan yang siap untuk mendukung kemajuan perfilman kita, seperti Pertamina, Mizan, Sampoerna Foundation, dan masih banyak lagi. Intinya selama ada kemauan, kreativitas dan kerja keras, kita pasti bisa mewujudkan apa yang jadi impian kita. Di samping itu, kita juga harus tau resiko apa yang akan kita hadapi nanti setelah kita benar-benar terjun ke dunia perfilman. Karena tak ada yang mulus di dunia ini, berbagai masalah yang akan membuat kita jatuh bangun akan siap menghadang kita kapan saja. Tapi jika kita sudah mempunyai kesiapan akan itu semua, sebenarnya kita tidak akan takut terhadap itu semua, bahkan kerugian besar pun dapat kita terima dengan lapang dada selama sudut pandang kita terhadap masalah selalu kita benahi dan kita perluas. Karena ada "sesuatu" yang selalu bertambah dan tak bisa dinilai dengan nilai nominal uang. Sesuatu yang hanya bisa dirasakan dan dimaknai oleh orang-orang yang selalu mengisi "ruangan" dirinya dengan nilai-nilai hakiki kehidupan.
Perbicangan kami pun terus berlanjut dari jam 10 pagi hingga jam 14.30. Sebuah diskusi yang sangat asyik menurutku, tapi karena aku masih ada acara jalan-jalan, akhirnya diskusi tersebut harus diakhiri dan dalam perjalanan pulang aku masih terngiang-ngiang tentang semuanya, keterbukaan pikiran, ruangan untuk diri sendiri, sudut pandang, sinopsis, pembuatan script film, wow, benar-benar menjadi bahan perenungan dan pemikiran yang akan mengubah hidupku.
Sorenya aku menuju Mall Ambasador Kuningan dengan maksud untuk membeli hard disk eksternal bersama Irfan temenku di mess. Sembari itu, Irfan menjenguk pacarnya yang kos di daerah Kuningan dan aku pun "berpetualang" mencari hard disk eksternal di sana. Setelah sholat mahgrib dan buka puasa di salah satu depot belakang Ambas, akhirnya aku mendapatkan hard disk dengan harga yang lebih terjangkau. Sebuah "keajaiban" pun terjadi setelah aku berjalan-jalan di sana. Ada seorang SPG Asuransi Sinarmas yang menawariku produknya. Well, daripada gak ada kerjaan nungguin Irfan bolehlah toh gratis, akhirnya aku pun diantar menuju ruangan tempat aku diprospek yang katanya hanya 10 menit.
Awalnya aku tidak begitu tertarik oleh yang namanya asuransi, sebuah hal yang tak mungkin aku sentuh setidaknya dalam waktu dekat ini. Tapi pikiranku yang sudah terbuka sebelumnya, ternyata membuatku ingin mempelajari lebih dalam lagi. Presentasi yang cukup menarik akhirnya membuatku terus bertanya mengenai program-program investasi berbasis asuransi yang ada di Sinarmas. Setelah kurang lebih 45 menit aku mulai memahami tujuan-tujuan program tersebut dan manfaat investasi untuk kehidupanku sendiri. Aku pun tak langsung memutuskan untuk ikut program itu, masih banyak yang harus kupelajari lagi setidaknya sampai aku menentukan keputusan yang obyektif setelah membandingkan dengan asuransi yang lain.
Well, mungkin itu dulu ceritaku hari ini, pendek kata, membuka pikiran benar-benar membuatmu bisa memandang dunia ini dari segala sisi dan bisa menentukan sikap yang benar-benar obyektif dalam berkomunikasi, bertatap muka bahkan dalam membuat suatu karya. Tetap berkarya dan jangan menutup diri dari perkembangan zaman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar