jika bukan esok atau nanti
biarkan mata jadi belati
dan jawabnya yang menyeringai
menghunus tanpa henti
maka pada suatu pagi
bangunkan aku di atas peti mati
agar bisa ku ingat sendiri
bagaimana hujan pergi
bagiku melihat pelangi
bukanlah tempat rekreasi
atau meminta konsesi
apalagi menguji nyali
namun kau tunggu mentari
terbuai dalam kursi
melamun menembus memori
padahal itu hanya teori
belumkah kau menyadari
namamu tak ada arti
seperti kapas berduri
yang melambai pada kanji
sayang membuka pintu perangai
tak semudah mengikat tali
pada kata yang terpatri
di tengah galaksi
harus aku cari
ada yang mesti dikaji
muntahan ekskresi
yang tak perlu dibui
Label
- Astro (1)
- Case (3)
- Catatan (18)
- Cerita Mini (26)
- Cerpen (5)
- Enerzya (1)
- Kontemplasi (3)
- My Quotes (11)
- Puisi (28)
Minggu, 27 Januari 2013
Rabu, 16 Januari 2013
Cermin #20
Sungai itu mengalir tenang seperti biasanya, seolah menunjukkan keramahan alam di antara kayu dan plastik. Seorang anak berdiri, menatap kosong di pinggirnya menikmati dinginnya hujan di atas atap rumahnya.
Jumat, 11 Januari 2013
Syukur Kami
dunia tak pernah sama
ketika kami membuka mata di subuh-Mu
ketika suara-suara penyeru-Mu
diperdengarkan di telinga yang terjaga
tangan-tangan kami menengadah
tetesan air dalam sayap-sayap malaikat
telah siap menyirami hati yang Kau pilih
bersama senyum langit dan bumi di pagi hari
kami yang selalu ingin berjalan
menemukan-Mu dimana kami
kami yang tak lelah bekerja
merindukan-Mu gerak kami
kami yang belum bisa melihat
keberadaan-Mu penuntun kami
kami yang terus bertanya
kuasa-Mu teguk kami
kami tak pernah cukup akan tanda
meminta apa yang tertera pada tawa
lalu tawa kami jadi tangis
dan tangis jadi doa
kami berdoa dalam kalimat
Engkau menjawab dalam kehadiran
memeluk erat mimpi-mimpi
yang telah Kau siapkan untuk kami
sesungguhnya doa untuk kami
pengakuan untuk kami
permintaan untuk kami
impian untuk kami
rahmat dan berkah untuk kami
maka cukupkan kami dengan kasih-Mu..
Jakarta, 10 Januari 2013
Langganan:
Postingan (Atom)