Ia hanya bergumam dan memandang
Memberi isyarat tuk berbenah
dan di beranda itu kita bercanda
walau hatimu sedang lara
Engkau menawarkan keindahan
dari negeri atas awan
Dan aku masih saja berdiri
di atas tungku berduri
aku bergidik ngeri
Kakiku tak mampu lagi berpijak
Melihat kawanan embun yang berarak
dan angin yang memeluk sesak
Dinginnya merasuk dalam lubang hitam jantung
yang entah batasnya
Dalam semesta yang bersahaja
hampa pun menjelma mutiara
memberi tahta bagi harapan
bahwa seseorang layak untuk dicinta
dan juga mencinta
di atas realita
Namun sang mimpi masih punya kuasa
Temboknya begitu kokoh bertahta
Di atas tungku ini aku hanya bisa berdoa
agar ruhku tetap menjaga bara
agar kau bisa terus mengudara
Kita ialah kisah yang terlambat
yang tak semestinya tercipta
yang tak usai ku jalani
yang tak ingin ku ingkari
tanpa harapan tuk kembali
Tuhanku…
Kini ku tak mampu lagi mengutuk diri
atau berpura-pura mati
ku serahkan rasa ini pada-Mu
dalam kepasrahan dan kerinduan
tuk teguhkan iman dalam kasih-Mu
yang meluas bening dan hening
yang mengambang tenang di atas keraguan
hingga waktu memanggilku pulang…
Pangkal Pinang, 23 Januari 2022
- rhariwijaya -