Label

Selasa, 25 Oktober 2011

Cinta, Obsesi dan Ambisi

Cinta, selalu ada banyak kisah yang bisa dibagi, pun makna tentangnya. Manusia dalam hidupnya terus mencari makna cinta sejati. Sebuah titik fokus antara ketulusan dan kebencian. Ketika jatuh cinta, kita sering kali merasa harus menjadi yang terbaik, bahkan tak jarang kita sudah termakan ambisi dan obsesi, hingga kita lupa akan esensi cinta itu sendiri. Berlomba-lomba dalam penampilan, kepandaian, ketrampilan, hampir semua dari kita menjadi "korban" akan persepsi kita sendiri mengenai cinta. Padahal untuk bisa mencintai ataupun dicintai, kita hanya perlu menjadi diri sendiri. Katakan tak suka jika memang anda tidak menyukai hal yang membuat anda tak nyaman, karena di situlah proses pendewasaan sebenarnya terjadi. Tak hanya memuaskan hasrat untuk bersua, namun juga proses pengembangan pribadi yang lebih baik.

Pria adalah sosok yang rumit untuk perempuan, begitu juga perempuan adalah makhluk paling misterius bagi pria. Butuh pengendalian emosi khususnya untuk pria agar bisa memahami apa yang diinginkan perempuan sebenarnya. Apa yang anda perbuat, pastikan itu untuk kebaikan anda sendiri. Jika anda sendiri sudah nyaman dengan yang anda lakukan, maka si "dia" juga pasti akan nyaman dengan anda. Intinya konsep mencintai bukan melakukan apapun yang membuat pasangan kita senang, tetapi harus benar-benar bisa berpikir obyektif bahwa tanpa pasangan atau tidak, anda memang menyenangi yang anda lakukan. Jika tidak, yang akan anda rasakan adalah kekecewaan ketika si "dia" meninggalkan anda. Siap mencintai juga siap untuk berpisah, karena pertemuan dan perpisahan itu dua hal yang sudah pasti akan terjadi. Cepat atau lambat.

Saya bukan ahlinya dalam urusan percintaan, bahkan saya bisa dibilang orang gagal (don't ask why). Tapi tak ada yang sia-sia dalam hidup ini kawan. Life must go on. Selalu belajar dari kesalahan dan jangan pernah mengotori cinta dengan obsesi dan ambisi yang justru malah akan menyakiti orang yang sangat kita cintai, dan pastikan bahwa cinta itu bukanlah sebuah pelarian semata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar