Label

Selasa, 20 Desember 2011

Sajak Orang Lari

pagi-pagi banyak orang lari
udara segar pandangan asri
derap kaki pun melangkah pasti
menuju masa depan yang misteri

pagi-pagi orang banyak lari
senyum yang terlukis mentari
keringat menetes tak jadi duri
jantung yang menari di atas kaki

banyak orang lari pagi-pagi
kalau midnight nanti dikira pencuri
tapi tak apa tuk sekedar aku menjadi
asal tidak ditemani oleh si doggy

tapi kenapa aku tak lihat muda-mudi?
apa hanya orang tua yang harus menepi?
ah, mungkin hanya sebuah persepsi
yang memang harus menjadi bukti

bocah-bocah duduk di atas knalpot kopi
penggalauan remaja yang sedang unjuk gigi
bermaksud mencari jati diri
tanpa sadar sedang berlari.. di alam mimpi

aku bukan pemuda juga bukan tetua
hanya sebuah kenduri pengikat jemari
tidurlah, teruslah berasumsi
dan seekor siput sudah tertawa bernyanyi

beberapa mil di depan janji


Minggu, 18 Desember 2011

10 HAK ANAK INDONESIA

(Berdasarkan Konvensi Hak Anak PBB tahun 1989)
Setiap anak di manapun di dunia, berhak untuk :

1.  BERMAIN
2.  Mendapatkan PENDIDIKAN
3.  Mendapatkan PERLINDUNGAN
4.  Mendapatkan NAMA sebagai identitas
5.  Mendapatkan status KEBANGSAAN
6.  Mendapatkan MAKANAN
7.  Mendapatkan akses KESEHATAN
8.  Mendapatkan REKREASI
9.  Mendapatkan KESAMAAN
10. Mendapatkan PERAN dalam PEMBANGUNAN

Dengan lantang Soekarno pernah bersuara,
"Seribu orang tua hanya dapat bermimpi, satu orang pemuda dapat mengubah dunia."

Senin, 12 Desember 2011

T.O.L.A.K.

Sebuah cerita di desa yang tak hanya terpencil, tapi juga hampir 90 persen penduduknya buta huruf, membuyarkan imaji atas idealisme yang sebelumnya cukup membara. Keterbatasan air dan bahan bakar, setidaknya harus menempuh satu setengah jam perjalanan menelusuri bibir perbukitan untuk bertemu dengan peradaban. Sebuah posyandu yang dijenguk sekali seminggu oleh sang dokter menjadi atap tempat kepala kami beradu. Koordinasi dan evaluasi yang terkadang diselingi oleh humor dan emosi menjadi sebuah kewajaran. Motivasi, mungkin itulah yang membuat lima belas pasang lengan masih menggenggam satu sama lain. Membentuk formasi, menopang yang terjatuh, menarik yang tertinggal, menjaga yang tertidur dan mengusap yang terbuai.

Tolak, seorang anak laki-laki enam tahun, cukup pintar untuk anak seusianya. Ia yang tampak “berbeda”, selalu memberikan senyuman khas yang sama ketika kami menyapanya. Selepas dzuhur, di saat anak – anak yang lain sedang asyik bermain, Tolak datang dengan membawa sepasang buku bacaan. Entah apa yang membuatnya begitu bersemangat, padahal jadwal sudah disiapkan tersendiri untuk anak-anak nanti malam. Sesekali terlihat dahinya berkerut ketika membaca buku cerita bergambar, mencoba mengeja perlahan setiap huruf yang ada, hingga tertoreh sebuah tawa kecil di setiap halaman yang berhasil ia baca, puas seperti pemburu yang berhasil menaklukkan seekor singa di sabana.

Malam yang cukup manis, kepuasan melunasi kelelahan ketika melihat anak-anak, orang dewasa dan para lansia senang belajar membaca. Aksen penduduk setempat yang melafalkan huruf “U” menjadi “O” memberikan keseriusan sekaligus keluguan dan kelucuan tersendiri. Tapi justru itulah yang membuat suasana semakin hangat. Malam terakhir kami sadari siapa sebenarnya yang sedang belajar, hanya beberapa hari dalam keterbatasan, kesabaran kami hampir tunduk pada emosi.

Mereka belajar ilmu yang dengan mudah kami dapatkan sewaktu kecil, sedangkan kami belajar ilmu yang mereka jalani seumur hidup, ilmu yang tak akan ada di akademisi.

Di hari harus beranjak, Tolak berdiri paling depan untuk mengantar kepergian kami, berharap tak ada nyanyian-nyanyian sendu pagi itu. Kami hanya meninggalkan beberapa buku, tapi mereka meninggalkan sebuah cerita. Cerita yang terus dilanjutkan di seluruh Indonesia.

IECC for Indonesia, Juni 2007

Minggu, 04 Desember 2011

Cermin #18

Jumat mendung, buku itu tampak masih kokoh dihimpit buku yang lain. Bangkit sejenak dari duka, membalik lembar demi lembar. Teringat tentang perdebatan sengit, yang berakhir dengan kutinggalkannya buku itu untuk kakek tercinta. Berharap sebuah kejaiban terjadi sebelum ajal menjemput. Ya, sebuah usaha dan permohonan untuk mengubah keadaan. Itulah hidayah, lalu kututup rapat-rapat buku itu sambil berbisik, Engkau Yang Maha Mengetahui, Tuhan.

Bias Sajadah

seperti sebuah bohlam malam
filamen yang sudah teroksidasi
penat sesak tak terbatasi lagi
ruang hampa menjadi pilihan

seperti lilin dua inchi
yang sudah kehilangan parafin
berharap tetap menyala
dalam terang lampu badai

seperti rembulan memerah
amnesia pada prinsip refleksi
bangga akan unsur estetika
lalu tertunduk di balik matahari

diam menjadi alternatif
gerak menjadi keharusan
tangan yang mengepal
di atas kesombongan
merekah di hadap-Mu
Ya Ghofur...