Label

Minggu, 14 Oktober 2012

Bintang Jatuh


malam,

aku melihat suara musikmu
mengusik mata-mata muskil
menyudutkan lalu membutakan
pertanyaan yang berpendar
pernyataan yang memudar

aku akan percaya
ketika cahaya sumbangmu
tlah sirna antara singasana
dan jadilah hari esok
seperti sosokmu yang elok

temui aku di ujung cerita
dan kita kan mengerti pada
takdir yang membawa malam
ke dalam alam temaram
yang kita sebut itu

mimpi..

Jakarta, 15 Oktober 2012

Sabtu, 06 Oktober 2012

Pertemuan Cahaya

Suara itu masih membekas, hati yang bicara lalu memaksanya keluar zona aman untuk melakukan pencarian. Lingkungan tak pernah ramah, apa yang ada mesti ditinggalkan, berharap bisa seperti elang yang melihat gunung dan samudera dalam satu perspektif. Hingga di suatu perjalanan langkahnya terhenti di antara bulan dan bintang, tempat ia mendengar suara-suara malaikat menggema, bersama menyebut Yang Satu.

Rabu, 03 Oktober 2012

Kontrasional

malam tak pernah ku rindukan..
pun siang jenuh ku sudah..
tapi kau bawakan mereka padaku..
dengan semangkuk kelancangan..

air matamu..

(sudah cukupkan)

Pertemuan Ruh

Pagi ini seekor shetland terluka di salah satu kakinya, jalannya nampak pincang. Ia berjalan tertatih dengan sesekali menyalak lirih. Belasan orang di persimpangan, lalu lalang, ada yang menoleh, atau sekedar mengamati. Hingga seorang kakek dengan mata sayu menghampiri, menawarkan segelas air putih untuk lukanya..

Sabtu, 29 September 2012

Ludwig van Beethoven

Don't only practice your art,
but force your way into its secrets,
for it and knowledge can
raise men to the Divine.

Rabu, 08 Agustus 2012

Biru

Tuhan, duduklah di sampingku
kan kuceritakan segala gundah dan resah
tentang keindahan dalam kabut senja
tentang bagaimana seekor burung
terbang melintang ke timur dan barat
lalu kembali duduk bersimpuh
tuk sekedar meletakkan ranting
atau memandang langitmu
yang tak habis-habisnya bernyanyi

Jakarta, 9 Agustus 2012
- rhariwijaya -

Rabu, 25 Juli 2012

Doa Cakrawala

Tuhan kami..

Ajarkan tuk slalu melihat tanpa dilihat..
Mendengar tanpa didengar..
Menjaga tanpa dijaga..
Mengasihi tanpa dikasihi..
Memimpin tanpa diagungkan..

Karna kami tlah merendahkan seolah yang tertinggi..
Mengecilkan seolah yang terhebat..
Memanjakan seolah satu-satunya..
Menyalahkan seolah segalanya mesti sempurna..
Membutakan seolah Kau tiada..

Maka cukupkan kami dengan cinta kasih-Mu..

Jakarta, 20 Juli 2012 (sehari menjelang Ramadhan)
- rhariwijaya -

Jumat, 18 Mei 2012

Kata-kata Angin

cinta..
bukan reaksi kimia atau hormonal
bukan pula rumus turunan
atau nyanyian dewa dewi
dia hadir tanpa sapa atau pertanda
menjaga waktu terpejam
membuka yang tertutup
menderas walau kemarau

tentang kata-kata angin
kenangan dari negeri awan
tak paham makna
bukan berarti mengingkari
tak paham makna
bukan berarti mengingkari
aku tak mengerti

lalu aku..
mengatup kelopak keyakinan
mencerna setiap sabar
bersiap segera mekar
pada waktu kau tersenyum
indah..

namun mendung dan gagak hitam
masih bertengger di masa depan
yang harus kita lalui nanti

jikalau keringat masih mengucur
bagaimana bisa ku bersihkan diri
jikalau kaki masih membeku
bagaimana bisa ku berlari
jikalau tangan masih menggenggam
bagaimana bisa ku memelukmu
sayang..

sampai di sini..

aku                                menyerah
            untuk
                         berdiri   
kembali
                bersama
engkau                      yang                          memandangku
             dari balik                  lubang kunci
pintu                      menuju
         kesempurnaan                               Ilahi


Jakarta, 19 Mei 2012
- rhariwijaya -

Jumat, 23 Maret 2012

Tanda Manusia

aku mendengar orang menyanyi
tentang kesucian cinta
tapi dia gemar berdusta

aku melihat orang melukis
tentang keindahan kalbu
tapi dia menjadi larut

aku menyaksikan orang berakting
tentang karakter seribu wajah
tapi dia terlalu asyik

aku tersentuh orang berkhotbah
tentang cahaya keilahian
tapi dia juga berkata khilaf

aku menikmati orang berpuisi
tentang kejujuran hati
tapi dia malah tersingkir

aku bersama orang berpikir
tentang prosedur dan efisiensi
tapi dia justru menelan ludahnya

aku memandang cermin
memejam diri dan kekosongan
mengusut rahasia demi rahasia
tanda-tanda manusia

Jakarta, 23 Maret 2012
- rhariwijaya -

Aku, Ruang dan Waktu

di mana,

ruang untuk bertanya
tentang kejujuran

ruang untuk berlari
dari kesadaran

ruang untuk berbuat
tanpa kepedulian

ruang untuk beradu
kumis etalase

ruang untuk memahat
topeng kepalsuan

ruang untuk kembali
dalam rintihan


kapan,

waktu yang menjamu
deodoran kaki lima

waktu yang menjelma
serigala domba

waktu yang menjalar
syaraf nadi klakson

waktu yang menjajal
nyali atau nilai

waktu yang menjarah
kemesraan seribu malam

waktu yang menjalin
kekosongan lamunan


aku di sini,

bertanya dan menjamu
berlari dan menjelma
berbuat dan menjalar
beradu dan menjajal
memahat dan menjarah
kembali dan menjalin

dan kamu?

Jakarta, 19 Maret 2012
- rhariwijaya -

Rabu, 07 Maret 2012

Maka Aku

aku pengembara
maka mengembaraku
aku penyair
maka menulisku
aku pemikir
maka khayalku
aku penyanyi
maka suaraku
aku pemimpi
maka mendoaku
aku penyapa
maka tanyaku
aku pengusik
maka tawaku
aku pencinta
maka birahiku

menjelajah yang tak terdefinisi
mencatat gejala tak bertuan
merumuskan masalah tak berujung
membaca ayat-ayat realita, lantang

oh mimpi panjang ini pelukku
mencerna semua tanya hadirmu
menggelitik sisi-sisi sensitif
melumat habis desah malam, bersama

Jakarta, 7 Maret 2012

- rhariwijaya -

Kamis, 16 Februari 2012

Simulacra Loteng Tua

ngomong-ngomong jam berapa sekarang?
oh, masih malam rupanya
berarti aku masih punya banyak waktu
karna esok pagi ku harus bercinta
bercinta dengan mentari
bercinta dengan hujan
jadi mari kita cukupkan malam ini saja

sebentar, sebenarnya aku ini siapamu?
dan kau itu siapaku?
yang ku ingat kita tak saling kenal
hingga kau datang dan duduk di depanku
tanpa isyarat, tanpa tanda-tanda

ya, aku ingat perdebatan itu
kata manis yang sekaligus pedas
menghantam imaji menelan makna
menghunus ego mengagungkan kebenaran

lalu aku bertanya,
kebenaran yang mana?

kau terdiam dan tertunduk
mencari solusi yang manusiawi
sedang aku melihat Izrail
tepat satu inchi dari pundakmu
keringat yang mulai menjerit
tak sabar menunggu kata dalam kamus
menjadi berwaktu dan bercinta

tapi kau masih di sana
dengan tatapan kafilah buta
memberiku satu lagi tanda tanya :
untuk apa kau bertahan?

dan kau jawab :
untuk siapa

loteng tua ini meringis
tak sanggup lagi menampung
dua tiga pemuda berdansa
berbisik sekaligus mengusik
menangis sekaligus mendesis
mengacaukan teorema romansa

tapi aku masih tak percaya
persamaan hanya pemanis kopi hitam
perbedaan adalah alkohol seribu warna
itulah paradigma antara kita
pembatas yang jelas di depan altar

tiba-tiba kau berdiri
menarik lenganku keluar loteng
sedang di luar gerimis menghujam
kau tumpahkan jejak jiwa
menyeret dan menyapu air mata
muntahan, cacian, hingga tamparan
aku jatuh dan tersiksa

itu masih belum cukup
kau ambil segenggam lumpur
perlahan namun tegas
kau usapkan merata pada wajah kita

aku berontak : kau pikir kita ini siapa?

aku kembali masuk
membasuh lumpur yang membusuk
di dalam loteng tua
kita berkisah

Kamis, 26 Januari 2012

Setiap "sumbu" teropong bintang / teleskop memiliki sudut kemiringan tertentu terhadap permukaan Bumi. Teropong bintang di Rusia memiliki sudut kemiringan yang berbeda dengan teropong bintang di Lembang.



Pada gambar tersebut, sudut kemiringan tersebut adalah sudut a, dengan sumbu teropong mengarah tepat ke poros bidang ekuatorial yang menyebabkan teropong dapat berotasi terhadap "polar axis".
Seandainya Teleskop Refraktor Ganda Zeiss di Bosscha saya pindahkan ke Bontang, perlu dilakukan perubahan sudut kemiringan tersebut.
Mengapa harus ada sudut kemiringan? 

Jawabannya adalah karena "Bumi ini bulat".
 

Berikut gambar yang menjelaskan mengenai alasan harus dilakukan "kalibrasi" sudut kemiringan sumbu teleskop terhadap permukaan Bumi di tempat yang berbeda.



Dari gambar tersebut, besar sudut kemiringan sama dengan garis lintang tempat teleskop berada. 
Jadi, berapa sudut kemiringan sumbu Teleskop Refraktor Ganda Zeiss di Bosscha? #OSN2004

Selasa, 24 Januari 2012

15 Radial

Arrange them to a complete radial !
*you can rotate them in all directions..



Si Empat dan Si Tiga

Untuk memahami persegi, jadilah kalkulasi
Untuk memahami segitiga, jadilah segara
Untuk memahami trapesium, jadilah ekuilibrium


Minggu, 22 Januari 2012

Jember, What's Next?

Jember di sudut Jawa Timur,

Entah kata-kata apa yang tepat mewakili kota tempat ku habiskan masa kecilku ini selain slogan yang selalu terpampang di alun-alun dan beberapa tempat di sudut kota, Jember Terbina (Tertib, Bersih, Indah dan Aman). Masih teringat dengan jelas bagaimana bersepeda bersama teman-teman dengan canda dan tawa ke SD dekat rumah, menunggu angkutan kota di pagi yang berkabut ke SMP di pusat kota, berproses mengenal karakter dan arti dari persaudaraan di SMA, hingga akhirnya harus merantau sejauh 622 mil meninggalkan zona kenyamanan.

Jember tentu sangat berkesan bagi penduduknya, akan tetapi selalu terganjal sebuah "tanda koma besar" ketika menghadapi pertanyaan tentang pesona dan daya tarik wisata. Pantai Watu Ulo, Papuma, Pegunungan Rembangan, lalu di sini "tanda koma besar" yang saya maksud itu muncul. Mencoba terus mencari kalimat yang pas untuk bisa memuaskan para wisatawan yang seakan benar-benar ingin "menyetubuhi secara total" kota mungil ini. Sebuah potensi wisata yang dinamis dan selalu bisa menjawab pertanyaan : "Apa lagi?"

Berawal dari "tanda koma besar" inilah Dynand Fariz bersama Wong Jember mencoba untuk membangun sebuah budaya baru. Tema karnaval yang selalu segar dari imaji seluruh dunia, dengan proses kreatif sebagai "bumbu dapurnya". Setiap kostum adalah unik sekaligus sinting, selalu menggelitik siapapun yang melirik. Tak hanya hasil yang bisa kita petik, setiap individu saling berkompetisi satu sama lain, punya tanggung jawab penuh atas kostum kreasinya sendiri, dan akhirnya "tanda koma besar" itu tak lagi terhenti, terus berganti kulit tanpa mengenal "tanda titik".

Jika ada yang bertanya apa yang sedang dilakukan, akan kujawab bahwa Jember sedang membangun budaya-nya untuk masa depan. Budaya yang bisa menorehkan senyum kebanggaan tak peduli dimanapun anak cucuku nanti berada. Karena selama itulah Jember Fashion Carnaval (JFC) akan selalu menjadi tinta emas Indonesia.

Counting Down To JFC-XI held on July, 8th 2012   
Best Inspiration Carnival Indonesia 2011 - the 4th Venue Mice Award 2011