Label

Minggu, 21 Agustus 2011

Mind Gate : Open

Hari ini hari yang "berbeda" setidaknya untuk 23 tahun aku hidup di dunia ini. Dimulai dari pertemuanku dengan alumni Teater Q-sa angkatan 1, mas Rudi Adi Wardoyo di sebuah rumah di kawasan Depok, sebuah diskusi kecil itupun dimulai. Sebagai informasi, mas Rudi ini satu angkatan SMA 1 Jember dengan penyanyi "Opick", jadi beliau kenal betul dengan artis papan atas tersebut. Perbincangan ringan dimulai dari bagaimana dulu Teater Q-sa bisa berdiri dan melepaskan diri dari "ketiak" Teater Bambu sebagai pendahulunya. Sebuah proses manusia untuk bisa benar-benar mengembangkan potensi dirinya terlepas dari bayang-bayang alumni yang secara tidak langsung sudah mematikan kreativitas siswa saat itu. Bagaimana kita bisa membuka pikiran untuk hal-hal baru yang memang harus selalu mengikuti perkembangan zaman.

Dari proses membuka pikiran tadi, perbincangan kemudian berlanjut kepada proses teknis pembuatan sebuah film. Beliau yang dimintai tolong oleh Bang "Opick" untuk membuat film "Di Bawah Langit". Dari uang Opick sendiri senilai 3 Milyar, kemudian film tersebut dibuat. Memang untuk membuat sesuatu yang "besar" harus benar-benar dipertimbangkan secara matang. Satu hal dari sekian banyak yang sudah kami perbincangkan mengenai film, bahwa satu hal yang terpenting dalam membuat sebuah karya adalah "data". Tanpa data yang akurat, karya kita akan mentah dan tentu saja akan sulit sekali untuk dapat diterima dengan baik oleh publik ataupun perusahaan-perusahaan sponsor. Perbanyak pengumpulan referensi film baik itu di dalam dan luar negeri, lalu sisakan waktu khusus untuk membuat karya dengan segala kreativitas yang ada terlepas dari referensi-referensi yang ada, karena jika kedua waktu tersebut tercampur, karya yang kita buat sulit sekali untuk menemukan ke-orisinilitas-nya.

Well, budget minimal untuk membuat sebuah film adalah 500 juta, sebuah angka yang fantastis. Tapi beliau juga menambahkan, jika kita punya ide yang brillian, tanpa modal pun kita mampu untuk membuat film. Kok bisa? Ya bisa saja, tak ada yang bisa membendung kreativitas kita. Saat ini sudah banyak perusahaan yang siap untuk mendukung kemajuan perfilman kita, seperti Pertamina, Mizan, Sampoerna Foundation, dan masih banyak lagi. Intinya selama ada kemauan, kreativitas dan kerja keras, kita pasti bisa mewujudkan apa yang jadi impian kita. Di samping itu, kita juga harus tau resiko apa yang akan kita hadapi nanti setelah kita benar-benar terjun ke dunia perfilman. Karena tak ada yang mulus di dunia ini, berbagai masalah yang akan membuat kita jatuh bangun akan siap menghadang kita kapan saja. Tapi jika kita sudah mempunyai kesiapan akan itu semua, sebenarnya kita tidak akan takut terhadap itu semua, bahkan kerugian besar pun dapat kita terima dengan lapang dada selama sudut pandang kita terhadap masalah selalu kita benahi dan kita perluas. Karena ada "sesuatu" yang selalu bertambah dan tak bisa dinilai dengan nilai nominal uang. Sesuatu yang hanya bisa dirasakan dan dimaknai oleh orang-orang yang selalu mengisi "ruangan" dirinya dengan nilai-nilai hakiki kehidupan.

Perbicangan kami pun terus berlanjut dari jam 10 pagi hingga jam 14.30. Sebuah diskusi yang sangat asyik menurutku, tapi karena aku masih ada acara jalan-jalan, akhirnya diskusi tersebut harus diakhiri dan dalam perjalanan pulang aku masih terngiang-ngiang tentang semuanya, keterbukaan pikiran, ruangan untuk diri sendiri, sudut pandang, sinopsis, pembuatan script film, wow, benar-benar menjadi bahan perenungan dan pemikiran yang akan mengubah hidupku.

Sorenya aku menuju Mall Ambasador Kuningan dengan maksud untuk membeli hard disk eksternal bersama Irfan temenku di mess. Sembari itu, Irfan menjenguk pacarnya yang kos di daerah Kuningan dan aku pun "berpetualang" mencari hard disk eksternal di sana. Setelah sholat mahgrib dan buka puasa di salah satu depot belakang Ambas, akhirnya aku mendapatkan hard disk dengan harga yang lebih terjangkau. Sebuah "keajaiban" pun terjadi setelah aku berjalan-jalan di sana. Ada seorang SPG Asuransi Sinarmas yang menawariku produknya. Well, daripada gak ada kerjaan nungguin Irfan bolehlah toh gratis, akhirnya aku pun diantar menuju ruangan tempat aku diprospek yang katanya hanya 10 menit.

Awalnya aku tidak begitu tertarik oleh yang namanya asuransi, sebuah hal yang tak mungkin aku sentuh setidaknya dalam waktu dekat ini. Tapi pikiranku yang sudah terbuka sebelumnya, ternyata membuatku ingin mempelajari lebih dalam lagi. Presentasi yang cukup menarik akhirnya membuatku terus bertanya mengenai program-program investasi berbasis asuransi yang ada di Sinarmas. Setelah kurang lebih 45 menit aku mulai memahami tujuan-tujuan program tersebut dan manfaat investasi untuk kehidupanku sendiri. Aku pun tak langsung memutuskan untuk ikut program itu, masih banyak yang harus kupelajari lagi setidaknya sampai aku menentukan keputusan yang obyektif setelah membandingkan dengan asuransi yang lain.

Well, mungkin itu dulu ceritaku hari ini, pendek kata, membuka pikiran benar-benar membuatmu bisa memandang dunia ini dari segala sisi dan bisa menentukan sikap yang benar-benar obyektif dalam berkomunikasi, bertatap muka bahkan dalam membuat suatu karya. Tetap berkarya dan jangan menutup diri dari perkembangan zaman.

Selasa, 16 Agustus 2011

Celoteh Kemerdekaan

Hari ini hari kemerdekaan negaraku yang ke-66. Masih teringat jelas bagaimana merayakannya di sekolah dulu. Betapa 30 menit berdiri di lapangan merupakan hal paling membosankan menurutku. Melakukan ritual yang sama setiap minggu dan mendengarkan amanat pembina upacara yang sudah bisa ditebak kemana arahnya. Tentang perbaikan moral, pendidikan siswa, kenaikan mutu dan taraf sekolah, hal-hal tentang kenakalan dan prestasi siswa, tentang kisah masa lalu perjuangan para guru dan pejuang kemerdekaan.

Bendera dikibarkan, semua hormat, Mengheningkan Cipta diputar, semua menunduk. Sangat berasa untuk yang merasa dan sangat berarti untuk yang mengerti. Lagu menjadi lebih luas dari kata, hening menjadi lebih dalam dari puisi. Ada yang sedang menggaruk-garuk pantatnya, ada yang menyibak rambut di balik topinya, ada yang tertawa melihat temannya sok serius, ada yang komat kamit menghafal mantera (baca : rumus dan materi) untuk ulangan sehabis upacara itu, bahkan ada yang menangis karena kucing kesayangannya "meninggal" pagi tadi sebelum upacara.

Sesuatu yang aku anggap serius di upacara dulu kini malah mejadi hal yang lucu untuk diingat kembali. Betapa nasionalisme yang terus "didoktrin" pada semua siswa saat itu menjadi bahan lawakan teman-teman di kelas. Justru hal-hal kecil dan sepele menjadi keharusan yang harus dialami seorang remaja. Terlalu muluk bagi kami untuk bicara tentang nasionalisme dan kemerdekaan, bahkan untuk mengurus diri kami sendiri pun kami masih tidak mampu. Banyak teori dan argumen, hingga tak jarang terjadi debat kusir di kelas mengenai makna kemerdekaan.

Kini aku sadar, ternyata makna kemerdekaan bukan terletak pada seserius apa kita untuk membicarakan nasionalisme, bagaimana bangsa ini seharusnya, pasal-pasal yang masih belum menjamah rakyat jelata, para teknokrat dan birokrat yang tak kunjung usai merumuskan masalah yang ada, seorang anak yang putus sekolah dan seorang kakek yang ditolak rumah sakit karena tak punya biaya, maupun masalah konflik kedaerahan yang semakin carut-marut.

Kemerdekaan adalah bagaimana kita bisa hidup sewajarnya, setidaknya sebagai seorang manusia biasa. Merdeka itu, bagaimana kita bisa tertawa saat menjahili teman di kamar mandi sekolah, bagaimana kita tertunduk lesu saat guru memberikan hukuman atas keteledoran, bagaimana kita menangis saat kehilangan pacar ataupun sahabat, bagaimana kita bisa bertanya tentang hal yang sulit kita pahami dan bagaimana kita mendefinisikan makna kemerdekaan dengan cara masing-masing.

Lalu kita bertanya, apakah kita sudah merdeka?

Jakarta, 17 Agustus 2011 (setelah 67 kali sirine proklamasi berbunyi)

- rhariwijaya -

Tips Menulis

1. Setiap orang punya kisah hebat. Tapi tak semua mau menulis.
2. Menulis itu bukan masalah rajin atau malas, tapi masalah kebutuhan. 
3. Jika anda merasa tdk butuh menulis, jangan paksakan, atau yang terjadi adalah tulisan anda tidak jelas kemana arah dan tujuannya.
4. Kisah hebat diawali dari pemaknaan terhadap hidup anda sendiri. 
5. Bahkan kisah "ritual" di kamar mandi bisa menjadi kisah yang hebat.
6. Yang anda perlukan hanyalah sedikit sentuhan imajinasi dan pilihan kata untuk "mempercantik" tulisan anda.
7. Jangan tergiur oleh berbagai gaya tulisan, jadilah diri anda sendiri dan temukan gaya penulisan khas anda.
8. Anda bermasalah dengan mood yang sering berubah sehingga mempengaruhi tulisan?
9. Ketika mood anda tidak menentu, maka berhentilah sejenak, renungi lagi tujuan anda menulis, segarkan pikiran anda.
10. Anda boleh menulis apapun, tapi ketika anda emosi, coba bandingkan hasilnya dengan tulisan anda yang lain.
11. Buat poin-poin yang akan dibahas, kemudian kembangkan ide-ide tersebut menjadi satu tulisan yang utuh.
12. Jangan tuntut diri anda untuk memenuhi keinginan pembaca, tapi juga jangan menutup diri dari saran dan kritik.
13. Inspirasi datang dengan 3 cara : gift, experience dan faktor eksternal 

a. Gift = inspirasi datang dari mimpi / wangsit / terjadi secara tiba2 / wahyu dari Ilahi
b. experience = dari pengalaman pribadi baik yang telah terjadi maupun yang sedang terjadi
c. faktor eksternal = dari orang lain yang menginspirasi / kejadian alam / sejarah / referensi buku / dll.

14. Dari manapun inspirasi datang, anda harus lebih siap dan peka untuk mencatat setidaknya dalam pikiran untuk ditulis kemudian.

Minggu, 14 Agustus 2011

Menjadi Luar Biasa

"jangan pernah meremehkan hal biasa, lakukan dengan cara yang tak biasa, karena hanya orang tak biasa yang bisa menjadi luar biasa."

Ask to Ask

Bertanyalah kepada semesta untuk mendapatkan pertanyaan yang lain.
Karena hidup adalah proses bertanya.

- rhariwijaya -

Tentang Keyakinan

apa yang memang untuk kita, akan tetap menjadi milik kita
sejauh apa pun jarak ruang dan waktu yang ada
jadi mengapa kita harus khawatir?
apa yang memang bukan untuk kita, akan segera meninggalkan kita
sedekat apapun jarak ruang dan waktu
sekeras apapun usaha kita mempertahankannya
jadi mengapa kita terlalu yakin?


- rhariwijaya -

Sudut Pandang

tidak ada yang salah dengan sudut pandang orang lain..
yang salah adalah sudut pandang kita yang tak pernah mau berubah..
terlalu asyik dengan diri sendiri..
- rhariwijaya -

Tentang Belajar

belajar lebih banyak mendengar daripada bicara..
belajar lebih banyak membaca daripada menulis..
belajar lebih banyak berpikir daripada menyimpulkan..

karena kita akan tau apa yang kita bicarakan..
karena kita akan tau apa yang kita tulis..
karena kita akan tau apa yang kita simpulkan..
- rhariwijaya -

Bagiku, Awal, Satu

Sesuatu yang baru dan segar, itulah yang sedang ingin aku gambarkan mengenai apa yang ingin aku lakukan di hari ini. Seperti apel yang tak hanya sedap dipandang tetapi juga enak dan menyegarkan tenggorokan yang kering. Selalu bermanuver dan berinovasi mengenai ide-ide segar yang tak terlalu muluk dan sederhana. Sebuah keceriaan dengan penuh kedalaman makna. Gambaran seperti itulah unsur yang harus dimiliki oleh karya-karya yang akan saya buat selama sisa hidup saya nanti. Saya sudah lelah untuk menulis karya-karya abstrak (walaupun kadang juga tebersit saat pikiran iseng, hehe..) setelah ada seseorang yang mengingatkan saya untuk tidak menjadi orang yang terlalu abstrak. Yah, biasa-biasa dan yang wajar saja. Tidak memihak antara kesenangan dan kesedihan, karena selalu ada kesenangan di dalam kesedihan dan begitu juga sebaliknya.

Sebelumnya saya hanya bisa membuat karya berupa puisi-puisi, naskah teater dan permainan flute (yang saya beri nama Enerzya) dan biola (baru belajar yang saya beri nama Verlfianza). Ternyata sebuah ide yang luar biasa tak harus dibangun dari hal yang luar biasa, sering kali ide-ide luar biasa timbul dari hal yang sangat sederhana, contohnya adalah ketika saya mencoba membuat cerpen berjudul "Mimpi Antara Dua Gedung Surga", saya menelisik pada kehidupan saya 18 tahun silam. Ketika diri saya masih sangat lugu dan polos untuk berpikir terlalu muluk. Gambaran surga yang sederhana kala itu, keinginan yang masih murni tanpa didasari nafsu angkara murka (lebay). Ternyata cerpen saya mendapat reaksi positif dari beberapa teman-teman penulis dan teater. Mereka semua menganggap ide penulisan saya benar-benar "fresh" dan sederhana namun memiliki makna yang sangat dalam. Hanya saja banyak hal yang masih harus diperbaiki mengenai plot alur dan tata cara penulisan yang baik. Setidaknya saya sudah memulai menulis sesuatu yang akan mengubah hidup saya nanti. Mungkin ini sebuah perubahan kecil bagi saya saat ini, tapi perubahan ini telah mengarahkan saya pada jalan yang pasti yang akan membawa saya menuju "kepuasan batin", sebuah kesempurnaan hidup yang tak akan pernah bisa digantikan dengan jumlah harta yang ada di langit dan bumi. Sebuah kepuasan untuk ikut mengajak orang lain berpikir, menyelami dan berbuat sesuatu yang lebih baik untuk masa depan mereka sendiri. Saya hanya menyelipkan sedikit "bom waktu" yang akan meledak ketika anda secara tidak sadar mencoba menolak apa yang tidak sesuai dengan cara pandang anda selama ini, bukan "racun sianida" yang justru akan segera mematikan kreativitas dan daya pikir anda sebagai selayaknya manusia.

Satu hal yang sangat saya butuhkan dalam berkarya, anda, ya andalah yang sangat saya butuhkan, karena itulah makna dari sebuah kata "teman". Karena makna teman telah mengalami degradasi selama ini dengan adanya kata sahabat, teman dekat maupun pacar. Yah bagi saya ketiga jenis hubungan itu sama saja, mengapa kita tidak menamainya saja dengan kata "teman"? Mengapa kita harus tebang pilih untuk menentukan siapa saja teman yang lebih dekat dan teman yang lebih jauh? Itulah kesalahan saya sebelum-sebelumnya, tak benar-benar memahami makna yang dalam dari sebuah kata "teman". Sedekat atau sejauh apapun teman, teman tetaplah teman, bantulah dia sesuai dengan kemampuan kita, kalaupun kita tidak bisa membantu, duduklah di dekatnya untuk sekedar hanya "mendengar" saja. Itu sudah jauh lebih dari cukup bagi seorang teman yang sangat membutuhkan kehadiran kita.
Oke, mungkin sampai di sini dulu cuap-cuap pagi di bulan puasa ini. Tak perlu terlalu bersedih dan tak perlu terlalu senang, tak perlu terlalu takut dan terlalu berani. Cukup sewajarnya saja, karena dengan begitu, kita bisa memandang semua hal dengan lebih bijaksana. Bukankah itu esensi seorang pemimpin?

Sabtu, 13 Agustus 2011

Mimpi Antara Dua Gedung Surga

Seorang anak kecil berumur 5 tahun diajak ayah ibunya berjalan-jalan di alun-alun kota. Dia melihat banyak rumah bertingkat, gedung dan apartemen megah. Dia berpikir, "Seperti itukah surga?"
Dia melihat ada beberapa orang yang sedang melihat-lihat pamandangan dari balkon apartemennya masing-masing. Dia pun berpikir, "Pasti sangat indah berada di atas sana melihat pemandangan, seperti di surga."

Ayahnya beragama Kristen sedangkan ibunya beragama Islam. Maka sang anak pun memeluk agama seperti ayahnya, Kristen. Dia tidak tahu konsep dalam setiap agama, yang dia tahu Kristen dan Islam adalah dua agama yang mengacu pada Tuhan yang sama, itu saja. Sepulang dari jalan-jalan mereka, anak kecil itu pun tertidur di jalan karena kelelahan. Sampai di rumah, kedua orang tuanya menidurkannya di kamarnya, menarik selimut untuknya dan mengecup keningnya sebelum mematikan lampu kamar dan meninggalkannya dalam dunia mimpi. Sebelum benar-benar larut dalam mimpinya, sang anak bergumam, "Aku ingin sekali jalan-jalan ke surga."

Dalam mimpinya, sang anak melihat sang ayah dan ibu berada di dua gedung yang berbeda, tapi ada jembatan yang menghubungkan mereka berdua. Wajahnya nampak berseri-seri. Dia merasa berada di surga buatannya sendiri. Dia bermain, berlari dan berlompat-lompatan dan ketika berada di gedung yang sama dengan ayahnya, dia melambai ceria kepada ibunya di gedung sebelah. Begitu juga sebaliknya ketika dia berada satu gedung dengan ibunya. Tetapi ayah dan ibunya tidak pernah menyeberang antar gedung, hanya berdiri dan melambai di gedungnya masing-masing.

Setelah bangun tidur, dia kemudian berdoa dengan agamanya saat itu (Kristen), "Ya Tuhan Bapa, terima kasih telah Kau perlihatkan surga untukku, tapi ada satu hal yang ingin aku pinta lagi, tidak bisakah Kau persatukan ayah dan ibu dalam satu gedung? Jadi aku bisa menggandeng dan memeluk mereka berdua dalam satu gedung yang sama. Itu saja Tuhan Bapa." Lalu dia pun pergi mandi, bersiap berangkat sekolah, dan melupakan mimpinya begitu saja. Melupakan untuk diingat kembali 18 tahun kemudian.

- rhariwijaya, Jakarta 14 Agustus 2011 (saat aku telah berumur 23 tahun) -

Jumat, 05 Agustus 2011

Flash Back

Tuhan... hanya ini yang bisa kuucap...
melihat segerombolan karang terbit dari ufuk barat
dan mendengar kicauan alap-alap tenggelam di ufuk timur
Seharusnya aku melihat hijaunya jamrud
yang terbentang di atas sajadah kecilku
antara timur dan barat
antara utara dan selatan
antara langit dan bumi

Negeriku telah merdeka...
yang dibangun dari tetesan
darah dan air mata
Sawah, ladang dan hutan tumbuh subur
di atas tumpukan tulang belulang dan nanah para pejuang
yang tersenyum dengan mesiu tepat di dada

Sungguh beruntung bangsa ini...
telah dianugerahkan pada mereka
air yang melimpah dari samudera barat
semburan merapi dari dasar bumi
dan goncangan sedimen yang dahsyat
Belum cukupkah anugerah-Nya?!

agar hewan ternak kita bertasbih
agar si buyung selalu berdoa
agar cucu-cucu kita bersujud
agar mulut kecil kita selalu bersyukur
hanya pada-Nya

dan selalu menjaga Pertiwi
di Tanah Pusaka ini...
Tanah Air kita...
Indonesia...

- rhariwijaya, 2006 -

Bifurkasi Soliton

Benderaku kini telah menari
Jemarinya bergoyang menyentuh hati
bergerak mengikuti irama hati
di atas hijaunya pertiwi
meski malam telah menanti

Kulihat setitik air mata di merahmu
sebagai saksi perjuangan dulu
melihat kakek dibunuh
mendengar ibu disiksa
merasakan nikmatnya rodi dan romusha
tanpa tau kapan datangnya fajar
tanpa tau ayah ke mana...

Tuhanku Raja Diraja...
Penguasa langit dan bumi
Penakluk ombak di lautan
Jadikanlah bangsa ini bagai ombak soliton
yang mampu hembuskan badai serotonin
ke dalam sel-sel otak kami

yang mampu hancurkan atol di samudera
mampu arungi lautan tanpa pernah terurai
menghancur, mengoyak, mencabik
segala kebiadaban dan kebejatan
atraktor-atraktor di atas sana!
Hhhaaahh... ini sudah jamannya CHAOS!!!

Tuhanku Raja Diraja...
hatiku menunduk...
hatiku berdoa...
hatiku bersujud...
hanya untuk cintaku...
dalam keindahan sebuah bifurkasi.



- rhariwijaya, 2006 -