Label

Selasa, 08 Juli 2014

Pemilihan Presiden RI 2014

Saudara-saudaraku,
Jangan biarkan ketakutan akan hal2 yang belum pasti terjadi mempengaruhi pilihanmu..
Ini semua masih persepsi, asumsi, kebenaran yang tidak mutlak..
Kebenaran yang mutlak adalah persatuan dan kesatuan bangsa..
Bersama bergandengan tangan membangun Indonesia yang lebih baik..
Siapapun pilihan kita memang akan menentukan nasib bangsa, tapi pilihan apapun yang kita buat akan sia-sia kalau yang satu merobohkan bangunan yang lain..
Agama jauh lebih agung daripada sekedar panggung politik, bukan alat untuk menyalahkan apalagi mencaci satu sama lain..
Akan lebih baik jika kita saling bertegur sapa, puji memuji, dan kasih mengasihi, dan nasehat-menasehati..
Bukankah itu inti dari ajaran agama kita?
Karena hanya Dia yang mampu membedakan yang baik dan buruk..
Karena hanya Dia yang Maha Mengetahui segala sesuatu yang terang-terangan atau yang tersembunyi..
Tidak ada yang bisa menghina Tuhan, selain diri kita sendiri..
Haraplah, takutlah hanya pada Tuhanmu..

"Don't ask why we choose, but ask why you don't choose?"

- rhariwijaya, Jakarta, 9 Juli 2014 -

Kamis, 23 Januari 2014

Sinar yang Mengambang di Atas Kota

apa yang kau lihat dalam hujan?

di balik rintiknya
di tengah detiknya

sebagian dirimu menerka
dan bagian lain menggeliat
lalu kau membaca
dengan kata yang berkaca

"Ini ulah siapa?", gumamku pada mata
berjuta kubik air menggenang
beribu suara tenggelam, mengenang
selembar daun yang berupa hilang

apa yang kau dengar dalam hujan?

di awal hadirnya
di ujung tafsirnya

tangan kita sudah tak mampu
menengadah awan yang hening
mengarak horison yang bening

lantaran celana jeansmu terangkat
terlalu tinggi untuk menuding

matahari

yang tak pernah turun
pada luka-luka kotamu
pada doa yang senantiasa
terbaring pada sinar yang murung

- rhariwijaya -

Selasa, 14 Januari 2014

Cermin #22 - Tanpa Batas

Pagi itu berjalan seperti biasa, sampai seorang perempuan tua bermata satu datang ke rumah. Anak-anak ketakutan, hingga aku mengusirnya meski dia adalah ibuku sendiri. Pada suatu reuni teman lama, kudengar ibu telah meninggal. Dan tiba-tiba saja penglihatan, pendengaran, dan hati seperti lemari besi yang dibuka secara paksa. Oleh sepucuk surat yang berisi bagaimana aku bisa melihat indahnya dunia dengan dua mata.