Label

Senin, 02 November 2015

Cermin #25 : Manusia Kanak-kanak

Tangannya terus bergerak seakan haus akan coretan. Jemarinya meliuk lincah mengikuti lengkungan yang dibuatnya di atas kertas. Tidak banyak warna yang tertoreh, hanya hitam pekat. Sayang kakinya tak sanggup mengikuti kegesitan imaji yang sudah tak sabar dituangkan, ditumpahkan, dipersembahkan. Layaknya seorang hamba yang siap berkorban jiwa raga untuk Penciptanya. Layaknya kekasih yang selalu menjaga kala malam, mencinta sebelum fajar sekaligus mendoa sedalam-dalamnya. Cahaya ruang itu kemudian berpendar, butir-butirnya membutakan kedua mata kami. Sedang lelaki tua itu telah pergi. Dan di ujung dermaga, kami harus menanti...

(untuk Pak Raden)

Minggu, 01 November 2015

Cermin #24 : Membaca Enam Tanda

Selalu ada cara untuk memahami ayat-ayat-Nya. Di ruang tamu yang berukuran tiga kali tiga, delapan anak duduk melingkar dengan menyisakan satu tempat kosong. Tak lama kemudian guru mereka datang dan mengucap salam. Mereka memanggilnya ummi. Kedatangannya menggenapi lingkaran itu menjadi utuh. Ummi mulai membuka Al-Quran yang lembarannya sudah mulai kekuningan. Dengan dipimpin oleh ummi, mereka pun belajar mengaji bersama, membaca huruf demi huruf, ayat demi ayat, surat demi surat. Mereka membaca dengan lantang dan jelas, walau bukan dengan kedua mata mereka.

Selasa, 16 Juni 2015

Kedewasaan

Kematangan seseorang bukan dilihat dari kemampuannya bersikap tenang atau bijaksana bak pertapa Hastinapura, hingga karena stigma itu semua orang lantas "berpura-pura" bersikap matang. Tidak ada manusia yang benar-benar sempurna. Selalu saja ada emosi yang meletup atau kekhawatiran dan ketakutan yang membayangi, yang membuatnya ragu dan berpikir dua kali untuk mengambil keputusan. Kematangan adalah proses kesadaran bahwa manusia tidaklah sesempurna yang dipikirkan, cara berpikir bahwa manusia memiliki kelebihan sekaligus segudang kekurangan. Kematangan bukan menuntutnya untuk dapat menyelesaikan semua permasalahan, justru semakin sadar bahwa dia tidak mampu menyelesaikan masalah seorang diri, dia membutuhkan bantuan orang lain dalam hidupnya. Proses berpikir ini yang akan melahirkan sikap untuk saling menghormati dan menghargai, ego dikesampingkan dan bersama-sama untuk mencari solusi dalam suatu permasalahan. Kematangan juga memberi kesadaran mengenai skala prioritas, paham bahwa dia tidak mampu menyelesaikan masalah dalam satu waktu, perlu urutan yang benar menurut urgensinya, bukan berdasarkan subyektivitasnya terhadap masalah.

Kematangan menuntun seseorang untuk dapat mengambil keputusan dengan timing yang tepat, pengalaman membuatnya berpikir untuk tidak mengulangi kesalahannya dua kali, bukan untuk memuaskan semua orang, karena dia juga menyadari tidak ada keputusan yang bisa memuaskan semua orang dalam satu waktu. Namun dia akan berusaha agar keputusannya dapat diterima oleh semua pihak. Kalau begitu, kapankah seseorang disebut matang? Kematangan dan kedewasaan adalah sebuah proses tiada henti, manusia akan selalu jatuh bangun untuk mencapainya... Kesadaran yang dibangun hanya oleh satu orang saja tak akan berarti apa-apa. Prosesnya berlangsung sistemik, kesadaran yang satu akan mempengaruhi kesadaran yang lainnya.

Namun di luar itu semua, kematangan juga mengajarkan manusia bahwa semua yang dilakukan di dunia hanya untuk Tuhannya semata. dia akan menabrak semua teori dan konsepsi demi cintanya pada Tuhannya.

Senin, 15 Juni 2015

Manusia Tidak Bisa Lari dari Masalah

Manusia selalu dihadapkan permasalahan yang sama dalam situasi dan kondisi yang berbeda, hingga mampu bertahan dan melewatinya. Mencoba lari, maka masalah akan menemukanmu dalam wujudnya yang lain.

Minggu, 14 Juni 2015

Cermin #23 - Pesawat Kertas

Tepat sebelas malam di depan jendela kamar, tangannya masih asyik memainkan pesawat kertas, lalu diterbangkannya hingga tergeletak dan berserakan tak terhitung jumlahnya. Tak ada yang tau lantaran mengapa matanya tak kunjung terpejam. Yang dia tau, satu kehadiran bisa menggantikan ribuan kertas hijau, yang datang beserta sepucuk surat terakhir.

Jumat, 16 Januari 2015

Tirai Langit

bagaimana bola mataku kan bersaksi
dan telingaku kan memperdengarkan?

merdunya azan tlah diserukan
angin dititahkan tuk terhenti
burung-burung terbang rendah
menyanyikan lagu radiasi surga
menara dan gedung bersimpuh
bertasbih dalam geometrinya

orang-orang berbaris beraturan
pun ada yang masih berkeliling
mencari celah tiga hasta
yang masih tersisa di antara
ratusan ribu manusia

namun lelaki tua itu hanya berdiri
termenung satu langkah dari kiblat
kutuntun tangannya tuk menggapai
dan tumpahlah kerinduannya
seketika itu jua

Rabbana, rabbana...
inikah pancaran cahaya-Mu?
merasuk ke susunan syaraf manusia
merangkul semua doa sekaligus dosa
tuk Kau sucikan kembali

aku pun mendekat dan mendekap
tatkala seluruh isi dunia
tak lebih mulia dari selembar sajadah
yang telah basah dan luntur
oleh air mata yang bercucuran

ini adalah lingkaran-Mu
berotasi pada nama-Mu
bersujud hanya pada-Mu
hingga sumbu Bumi berhenti
dan tirai langit tertutup

- Jeddah, 14 Januari 2014 -