Label

Sabtu, 13 Agustus 2011

Mimpi Antara Dua Gedung Surga

Seorang anak kecil berumur 5 tahun diajak ayah ibunya berjalan-jalan di alun-alun kota. Dia melihat banyak rumah bertingkat, gedung dan apartemen megah. Dia berpikir, "Seperti itukah surga?"
Dia melihat ada beberapa orang yang sedang melihat-lihat pamandangan dari balkon apartemennya masing-masing. Dia pun berpikir, "Pasti sangat indah berada di atas sana melihat pemandangan, seperti di surga."

Ayahnya beragama Kristen sedangkan ibunya beragama Islam. Maka sang anak pun memeluk agama seperti ayahnya, Kristen. Dia tidak tahu konsep dalam setiap agama, yang dia tahu Kristen dan Islam adalah dua agama yang mengacu pada Tuhan yang sama, itu saja. Sepulang dari jalan-jalan mereka, anak kecil itu pun tertidur di jalan karena kelelahan. Sampai di rumah, kedua orang tuanya menidurkannya di kamarnya, menarik selimut untuknya dan mengecup keningnya sebelum mematikan lampu kamar dan meninggalkannya dalam dunia mimpi. Sebelum benar-benar larut dalam mimpinya, sang anak bergumam, "Aku ingin sekali jalan-jalan ke surga."

Dalam mimpinya, sang anak melihat sang ayah dan ibu berada di dua gedung yang berbeda, tapi ada jembatan yang menghubungkan mereka berdua. Wajahnya nampak berseri-seri. Dia merasa berada di surga buatannya sendiri. Dia bermain, berlari dan berlompat-lompatan dan ketika berada di gedung yang sama dengan ayahnya, dia melambai ceria kepada ibunya di gedung sebelah. Begitu juga sebaliknya ketika dia berada satu gedung dengan ibunya. Tetapi ayah dan ibunya tidak pernah menyeberang antar gedung, hanya berdiri dan melambai di gedungnya masing-masing.

Setelah bangun tidur, dia kemudian berdoa dengan agamanya saat itu (Kristen), "Ya Tuhan Bapa, terima kasih telah Kau perlihatkan surga untukku, tapi ada satu hal yang ingin aku pinta lagi, tidak bisakah Kau persatukan ayah dan ibu dalam satu gedung? Jadi aku bisa menggandeng dan memeluk mereka berdua dalam satu gedung yang sama. Itu saja Tuhan Bapa." Lalu dia pun pergi mandi, bersiap berangkat sekolah, dan melupakan mimpinya begitu saja. Melupakan untuk diingat kembali 18 tahun kemudian.

- rhariwijaya, Jakarta 14 Agustus 2011 (saat aku telah berumur 23 tahun) -

Tidak ada komentar:

Posting Komentar