Label

Minggu, 14 Agustus 2011

Bagiku, Awal, Satu

Sesuatu yang baru dan segar, itulah yang sedang ingin aku gambarkan mengenai apa yang ingin aku lakukan di hari ini. Seperti apel yang tak hanya sedap dipandang tetapi juga enak dan menyegarkan tenggorokan yang kering. Selalu bermanuver dan berinovasi mengenai ide-ide segar yang tak terlalu muluk dan sederhana. Sebuah keceriaan dengan penuh kedalaman makna. Gambaran seperti itulah unsur yang harus dimiliki oleh karya-karya yang akan saya buat selama sisa hidup saya nanti. Saya sudah lelah untuk menulis karya-karya abstrak (walaupun kadang juga tebersit saat pikiran iseng, hehe..) setelah ada seseorang yang mengingatkan saya untuk tidak menjadi orang yang terlalu abstrak. Yah, biasa-biasa dan yang wajar saja. Tidak memihak antara kesenangan dan kesedihan, karena selalu ada kesenangan di dalam kesedihan dan begitu juga sebaliknya.

Sebelumnya saya hanya bisa membuat karya berupa puisi-puisi, naskah teater dan permainan flute (yang saya beri nama Enerzya) dan biola (baru belajar yang saya beri nama Verlfianza). Ternyata sebuah ide yang luar biasa tak harus dibangun dari hal yang luar biasa, sering kali ide-ide luar biasa timbul dari hal yang sangat sederhana, contohnya adalah ketika saya mencoba membuat cerpen berjudul "Mimpi Antara Dua Gedung Surga", saya menelisik pada kehidupan saya 18 tahun silam. Ketika diri saya masih sangat lugu dan polos untuk berpikir terlalu muluk. Gambaran surga yang sederhana kala itu, keinginan yang masih murni tanpa didasari nafsu angkara murka (lebay). Ternyata cerpen saya mendapat reaksi positif dari beberapa teman-teman penulis dan teater. Mereka semua menganggap ide penulisan saya benar-benar "fresh" dan sederhana namun memiliki makna yang sangat dalam. Hanya saja banyak hal yang masih harus diperbaiki mengenai plot alur dan tata cara penulisan yang baik. Setidaknya saya sudah memulai menulis sesuatu yang akan mengubah hidup saya nanti. Mungkin ini sebuah perubahan kecil bagi saya saat ini, tapi perubahan ini telah mengarahkan saya pada jalan yang pasti yang akan membawa saya menuju "kepuasan batin", sebuah kesempurnaan hidup yang tak akan pernah bisa digantikan dengan jumlah harta yang ada di langit dan bumi. Sebuah kepuasan untuk ikut mengajak orang lain berpikir, menyelami dan berbuat sesuatu yang lebih baik untuk masa depan mereka sendiri. Saya hanya menyelipkan sedikit "bom waktu" yang akan meledak ketika anda secara tidak sadar mencoba menolak apa yang tidak sesuai dengan cara pandang anda selama ini, bukan "racun sianida" yang justru akan segera mematikan kreativitas dan daya pikir anda sebagai selayaknya manusia.

Satu hal yang sangat saya butuhkan dalam berkarya, anda, ya andalah yang sangat saya butuhkan, karena itulah makna dari sebuah kata "teman". Karena makna teman telah mengalami degradasi selama ini dengan adanya kata sahabat, teman dekat maupun pacar. Yah bagi saya ketiga jenis hubungan itu sama saja, mengapa kita tidak menamainya saja dengan kata "teman"? Mengapa kita harus tebang pilih untuk menentukan siapa saja teman yang lebih dekat dan teman yang lebih jauh? Itulah kesalahan saya sebelum-sebelumnya, tak benar-benar memahami makna yang dalam dari sebuah kata "teman". Sedekat atau sejauh apapun teman, teman tetaplah teman, bantulah dia sesuai dengan kemampuan kita, kalaupun kita tidak bisa membantu, duduklah di dekatnya untuk sekedar hanya "mendengar" saja. Itu sudah jauh lebih dari cukup bagi seorang teman yang sangat membutuhkan kehadiran kita.
Oke, mungkin sampai di sini dulu cuap-cuap pagi di bulan puasa ini. Tak perlu terlalu bersedih dan tak perlu terlalu senang, tak perlu terlalu takut dan terlalu berani. Cukup sewajarnya saja, karena dengan begitu, kita bisa memandang semua hal dengan lebih bijaksana. Bukankah itu esensi seorang pemimpin?

2 komentar: