Label

Jumat, 17 Juni 2011

There is No Shit in Writing

Apakah perbedaan menulis dan berbicara?
Menurut kita mungkin itu pertanyaan bodoh yang tak seharusnya ditanyakan.
Tapi kita tahu bahwa menulis dan berbicara memiliki kesamaan dalam hal menyampaikan suatu gagasa / ide / "uneg-uneg" kepada orang lain ataupun diri sendiri.
Dalam hal ini esensi perbedaan menulis dan berbicara adalah terletak pada dampak yang ditimbulkannya.

Tentu ketika kita melakukan kritik terhadap suatu masalah, tentu sangat mudah dengan cara vokal / berbicara.
Kita akan dengan mudah menyampaikan suatu gagasan / ide kepada orang lain.
Tapi gagasan atau ide tersebut akan sangat bermanfaat jika didengar oleh orang yang tepat, karena ketika kita berbicara kepada beberapa orang / teman yang justru tak ada kaitannya dengan masalah yang ada dengan jumlah yang sangat terbatas, kritikan tersebut akan sia-sia belaka dan tak membawa manfaat apa-apa selain rasa kesal di hati. Mungkin manfaat terbesar hanya untuk beberapa orang / teman yang mendengar kritikan kita saja sehingga mereka bisa punya informasi lebih dari kita.

Tetapi jika kita ungkapkan kritikan tersebut dengan tulisan dengan berbagai media yang ada sekarang, mungkin kritikan tersebut kecil kemungkinan untuk dibaca langsung oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Namun coba lihat dampak yang akan ditimbulkan ketika tidak hanya 1-5 orang saja yang membaca, tapi hingga ratusan atau ribuan orang yang membacanya, kita akan mampu menyampaikan informasi lebih banyak dan efektif kepada masyarakat luas.
Selain itu informasi yang kita sampaikan akan bersifat lebih "ABADI" daripada ketika hanya berbicara saja. Terlebih ketika informasi tersebut menjadi sebuah buku yang diterbitkan. Jika informasi yang kita sampaikan bermanfaat, tak hanya teman yang akan mencari kita, namun anak cucu kita akan terus membicarakan tentang karya-karya yang kita buat.

Bukankah itu adalah esensi kita hidup di dunia ini?
Berbuat yang terbaik untuk generasi akan datang yang jauh lebih baik dari kita.

Satu kalimat kecil :
Orang yang terlalu banyak bicara adalah "omong kosong", tapi orang yang terlalu banyak menulis tak akan pernah disebut "tulisan kosong".

Mari menulis..

- rhariwijaya -

1 komentar: